yanomami.net – Pada tanggal 15 Desember 2024, Mahkamah Agung (MA) menolak Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan oleh keluarga terpidana dalam kasus Vina Cirebon. Keputusan ini disambut dengan tangisan dan bahkan ada yang pingsan dari pihak keluarga terpidana.
Kasus Vina Cirebon mencuat ke permukaan pada tahun 2022, ketika seorang wanita bernama Vina ditemukan tewas di sebuah rumah di Cirebon. Polisi menangkap beberapa tersangka, dan setelah melalui proses hukum yang panjang, beberapa di antaranya divonis bersalah dan dihukum penjara.
Setelah vonis dijatuhkan, keluarga terpidana merasa bahwa ada ketidakadilan dalam proses hukum. Mereka mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung dengan harapan bisa meringankan hukuman atau bahkan membebaskan terpidana. Namun, MA menolak PK tersebut, menguatkan vonis yang telah dijatuhkan sebelumnya.
Keputusan MA ini disambut dengan reaksi yang sangat emosional dari keluarga terpidana. Beberapa anggota keluarga menangis histeris, sementara yang lain bahkan pingsan karena tidak sanggup menahan beban emosional. Salah satu anggota keluarga, Ibu Siti, mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam. “Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa anak kami tidak bersalah, tapi kenapa hukum tidak berpihak pada kami?” ujarnya dengan suara bergetar.
Psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Rina, mengatakan bahwa penolakan PK ini bisa berdampak sangat besar pada kesehatan mental keluarga terpidana. “Mereka sudah mengalami tekanan yang luar biasa selama proses hukum berlangsung. Penolakan PK ini bisa menjadi pukulan yang sangat berat bagi mereka,” ujar Dr. Rina.
Meskipun PK ditolak, keluarga terpidana tidak kehilangan harapan. Mereka berencana untuk mencari jalur hukum lain sbobet login yang mungkin bisa membantu. Selain itu, mereka juga berharap adanya dukungan dari masyarakat dan lembaga-lembaga sosial untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Penolakan PK oleh Mahkamah Agung dalam kasus Vina Cirebon telah menimbulkan reaksi yang sangat emosional dari keluarga terpidana. Meskipun demikian, mereka tidak kehilangan harapan dan berencana untuk terus berjuang. Kasus ini juga menunjukkan betapa pentingnya dukungan psikologis dan sosial bagi keluarga yang mengalami tekanan hukum. Semoga dengan adanya dukungan dan upaya hukum yang terus dilakukan, keluarga terpidana bisa menemukan keadilan dan ketenangan.